Rabu, 02 November 2011
Pada suatu ketika ada
seorang pemuda yang bernama Hang Tuah, anak HangMahmud. Mereka bertempat
tinggal di Sungai Duyung. Pada saat itu, semua orangdi Sungai Duyung mendengar
kabar teng Raja Bintan yang baik dan sopan kepadasemua rakyatnya.
Ketika Hang Mahmud
mendengar kabar itu, Hang Mahmud berkata kepadaistrinya yang bernama Dang
Merdu,”Ayo kita pergi ke Bintan, negri yang besar itu,apalagi kita ini orang
yang yang miskin. Lebih baik kita pergi ke Bintan agar lebihmudah mencari
pekerjaan.”
Lalu pada malam harinya,
Hang Mahmud bermimpi bulan turun dari langit.Cahayanya penuh di atas kepala
Hang Tuah. Hang Mahmudpun terbangun danmengangkat anaknya serta menciumnya.
Seluruh tubuh Hang Tuah berbau sepertiwangi-wangian. Siang harinya, Hang Mahmud
pun menceritakan mimpinya kepadaistri dan anaknya. Setelah mendengar kata
suaminya, Dang Merdu pun langsungmemandikan dan melulurkan anaknya.
Setelah itu, ia
memberikan anaknya itu kain,baju, dan ikat kepala serbaputih. Lalu Dang Merdu
member makan Hang Tuah nasi kunyit dan telur ayam,ibunya juga memanggil para
pemuka agama untuk mendoakan selamatan untukHang Tuah. Setelah selesai
dipeluknyalah anaknya itu.
Lalu kata Hang Mahmud
kepada istrinya,”Adapun anak kita ini kita jaga baik-baik,
jangan diberi main
jauh-jauh.”
Keesokan harinya,
seperti biasa Hang Tuah membelah kayu untukpersediaan. Lalu ada pemberontak
yang datang ke tengah pasar, banyak orangyang mati dan luka-luka. Orang-orang
pemilik took meninggalkan tokonya danmelarikan diri ke kampong. Gemparlah negri
Bintan itu dan terjadi kekacauandimana-mana. Ada seorang yang sedang melarikan
diri berkata kepada Hang Tuah,”Hai, Hang Tuah, hendak matikah kau tidak mau
masuk ke kampung.?”
Maka kata Hang Tuah
sambil membelah kayu,”Negri ini memiliki prajurit dan
pegawai yang akan
membunuh, ia pun akan mati olehnya.”
Waktu ia sedang
berbicara ibunya melihat bahwa pemberontak itu menuju HangTuah samil
menghunuskan kerisnya. Maka ibunya berteriak dari atas toko,katanya,”Hai,
anakku, cepat lari ke atas toko!”
Hang Tuah mendengarkan
kata ibunya, iapun langsung bangkit berdiri danmemegang kapaknya menunggu
amarah pemberontak itu. Pemberontak itu datangke hadapan Hang Tuah lalu
menikamnya bertubi-tubi. Maka Hang Tuah punMelompat dan mengelak dari tikaman
orang itu. Hang Tuah lalu mengayunkankapaknya ke kepala orang itu, lalu
terbelalah kepala orang itu dan mati. Maka kataseorang anak yang
menyaksikannya,”Dia akan menjadi perwira besar di tanahMelayu ini.”
Terdengarlah berita itu
oleh keempat kawannya, Hang Jebat, Hang Kesturi,
Hang Lekir, dan Hang
Lekui.
Mereka pun langsung
berlari-lari mendapatkan Hang Tuah. Hang Jebat danHang Kesturi bertanya
kepadanya,”Apakah benar engkau membunuh pemberontakdengan kapak?”
Hang Tuah pun tersenyum
dan menjawab,”Pemberontak itu tidak pantas
dibunuh dengan keris,
melainkan dengan kapak untuk kayu.”
Kemudian karena kejadian
itu, baginda raja sangat mensyukuri adanya sangHang Tuah. Jika ia tidak datang
ke istana, pasti ia akan dipanggil oleh Sang Raja.Maka Tumenggung pun berdiskusi
dengan pegawai-pegawai lain yang juga iri hatikepada Hang Tuah. Setelah diskusi
itu, datanglah mereka ke hadapan Sang Raja.
Maka saat sang Baginda
sedang duduk di tahtanya bersama parabawahannya, Tumenggung dan segala
pegawai-pegawainya datang berlutut, lalumenyembah Sang Raja, “Hormat tuanku,
saya mohon ampun dan berkat, adabanyak berita tentang penghianatan yang sampai
kepada saya. Berita-berita itusudah lama saya dengar dari para pegawai-pegawai
saya.”
Setelah Sang Baginda
mendengar hal itu, maka Raja pun terkejut lalu
bertanya, “Hai kalian
semua, apa saja yang telah kalian ketahui?”
Maka seluruh
menteri-menteri itu menjawab, “Hormat tuanku, pegawai sayayang hina tidak
berani datang, tetapi dia yang berkuasa itulah yang melakukan hal ini.”
Maka Baginda bertitah,
“Hai Tumenggung, katakana saja, kita akan
membalasanya.”
Maka Tumenggung
menjawab, “Hormat tuanku, saya mohon ampun dan berkat,untuk datang saja hamba
takut, karena yang melakukan hal itu, tuan sangatmenyukainya. Baiklah kalau
tuan percaya pada perkataan saya, karena jika tidak,alangkah buruknya nama baik
hamba, seolah-olah menjelek-jelekkan orang itu.
Setelah Baginda
mendengar kata-kata Tumenggung yang sedemikian itu,
maka Baginda bertitah,
“Siapakah orang itu, Sang Hang Tuah kah?”
Maka Tumenggung
menjawab, “Siapa lagi yang berani melakukannya selainHang Tuah itu. Saat
pegawai-pegawai hamba memberitahukan hal ini pada hamba,hamba sendiri juga
tidak percaya, lalu hamba melihat Sang Tuah sedang berbicaradengan seorang
perempuan di istana tuan ini. Perempuan tersebut bernama DangSetia. Hamba takut
ia melakukan sesuatu pada perempuan itu, maka hambadengan dikawal datang untuk
mengawasi mereka.”
Setelah Baginda
mendengar hal itu, murkalah ia, sampai mukanya berwarnamerah padam. Lalu ia
bertitah kepada para pegawai yang berhati jahat itu,“Pergilah, singkirkanlah si
durhaka itu!”
Maka Hang Tuah pun tidak
pernah terdengar lagi di dalam negri itu, tetapi siTuah tidak mati, karena si
Tuah itu perwira besar, apalagi di menjadi wali Allah.Kabarnya sekarang ini
Hang Tuah berada di puncak dulu Sungai Perak, di sana iaduduk menjadi raja
segala Batak dan orang hutan. Sekarang pun raja ingin bertemu
dengan seseorang, lalu
ditanyainya orang itu dan ia berkata, “Tidakkah tuan ingin
mempunyai istri?”
Lalu jawabnya, “Saya tidak ingin mempunyai istri lagi.”
Demikianlah cerita Hikayat Hang Tuah.
Lalu jawabnya, “Saya tidak ingin mempunyai istri lagi.”
Demikianlah cerita Hikayat Hang Tuah.
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar